23 Maret 2009

Sepenggal cerita disaat cuti

Awal bulan ini saya terpaksa ngambil jatah cuti tahun ini. Gara-garanya si mbak yang biasa nemenin anak-anak di rumah pulang kampung, dan akhirnya pamit nggak balik kerja lagi. Katanya sih karena usaha ibunya yang mulai berkembang jadi perlu ada yang membantunya. Ya apa boleh buatlah... Kembali saya & suami dibuat pusing. Masalah klasik buat suami-istri yang sama-sama kerja, begitu kata teman di kantor. But, life must go on! Kami mulai lagi mencari orang yang mampu dan dapat dipercaya untuk nemenin anak-anak saat ditinggal ayah bundanya kerja.
Sementara belum dapat pengganti, sengaja saya cuti untuk menemani anak-anak sementara waktu. Tahu reaksi mereka? Si kecil Mirza tambah lengket, apapun harus bundanya yang ngerjakan dan bantuin dia. Shafira malah kegirangan, "Asyik...asyik... Kita pulang sekolah nanti, bunda ada di rumah!" Bahkan dengan entengnya dia berkata, "Bunda, mendingan kita gak usah punya mbak aja ya... Biar bunda di rumah terus." Deg, ada sesuatu perasaan yang bikin saya terhenyak. Mungkinkah selama ini saya kurang memperhatikan mereka? Di sisi lain ada keharuan yang menyergap hati, ternyata walaupun setiap hari mereka ditinggal ke kantor seharian, mereka masih tetap menempatkan bundanya di hati mereka (alhamdulillah....)




Bagi sebagian besar orang, kerja di kantoran adalah sesuatu yang (mungkin) sangat diidamkan. Tapi buat saya, kerja di kantor seperti sekarang ini seperti air mengalir, mengalir begitu saja mengikuti arus. Sesuatu yang memang harus dijalani sebagai konsekuensi dari kuliah gratisan (he...he...he...) Kadang di saat menghadapi masalah seperti sekarang ini, ada keinginan untuk berhenti kerja dan full time menjadi ibu rumah tangga. Tapi karena tuntutan kebutuhan hidup seperti sekarang ini (yang asal-asalan aja... asal ada pas lagi butuh, asal bisa cukup buat jalan-jalan, asal cukup buat belanja yang dimauin....^_') dan dihitung-hitung lumayan juga hasil yang didapat, jadinya ya jalan terus! Toh, hasilnya nanti buat anak-anak juga (cie membela diri nih...)
Pekerjaan di rumah tangga ternyata tidak ada habisnya. Belum lagi anak-anak yang minta ini-itu. Itulah perjuangan seorang ibu. Di saat seperti ini, saya jadi teringat pada ibu. Dulu beliau berkutat dengan segala tetek bengek urusan rumah tangga sendiri setiap hari plus mengurusi 4 anaknya yang bengal-bengal, tanpa seorang pembantu pun karena bapak kami tak sanggup untuk menggaji seorang pembantu. Tapi ibu tak pernah mengeluh. Tanpa bantuan peralatan elektronik seperti sekarang ini beliau selalu dapat mengerjakan semuanya dengan beres dan cekatan. Di sela-sela kesibukan beliau, beliau masih sempat membuat sendiri kue-kue kesukaan kami bahkan dengan tangannya beliau pun masih sempat membuatkan baju untuk kami. Beliau selalu ada untuk kami setiap saat. Sungguh masa kecil kami sangat indah.
Bandingkan dengan keadaan saya sekarang ini, wah... jauh banget. mau nyuci ada mesin cuci, mau masak ada rice cooker, kompor gas, blender, malah kalau gak sempet tinggal nyediain rantang untuk beli di rumah makan terdekat. Suami pun jadi ikutan repot, bersama-sama kita berbagi tugas. Hanifa & Shafira pun juga tak mau ketinggalan, sebisa mungkin mereka bantu bundanya.
Saat cuti saya habis, ternyata kami belum juga menemukan orang yang cocok buat bantu-bantu di rumah. Untuk ngajak Mirza ke kantor untuk saat ini belum memungkinkan karena tugas saya yang harus berhadapan langsung dengan klien sementara Mirza masih belum bisa mandiri. Akhirnya, dengan berat hati kami minta kesedian sang nenek untuk nemenin Mirza sementara ditinggal bundanya ke kantor. Alhamdulillah beliau pun langsung datang. Ada perasaan bersalah karena kembali saya menyusahkan beliau. Ketika kami kecil beliau sudah cukup repot membesarkan kami, sekarang pun beliau masih dibuat repot untuk jagain cucunya. Ya Allah, ampuni kami yang terlalu sering menyusahkan ibunda kami. Semoga kerepotan ini menjadi tambahan catatan kebaikan ibu dan mendapat balasan dari Allah dengan balasan yang sebaik-baiknya.Amin....
Maafkan kami ya, bu...
"Ternyata ibu rumah tangga adalah profesi yang sangat agung, tak ada batasan jam kerja, tak ada cuti. Dengan keikhlasan, profesi ini menjadi salah satu jalan untuk mendapat ridho Illahi. Semoga..."

Tidak ada komentar: