16 Juli 2009

Renungan dari Rumah Sakit

Saat ini banyak rumah sakit tersebar di berbagai daerah. Tak hanya rumah sakit pemerintah, rumah sakit yang dikelola swasta pun mulai banyak muncul bahkan dengan penawaran fasilitas yang jauh lebih baik dari rumah sakit pemerintah. Namun walaupun rumah sakit menawarkan fasilitas sekelas hotel berbintang, andai bisa memilih, tentunya kita tak ingin menginap dan masuk untuk menjalani perawatan di sana. Ya, karena kita memilih untuk tetap diberi kesehatan lahir dan batin daripada harus menderita sakit apalagi harus menjalani perawatan di rumah sakit.

Bicara mengenai rumah sakit, saya pernah punya pengalaman 'tinggal dan menginap' di sana, alhamdulillah bukan karena sakit, tapi karena menemani ibu yang harus dirawat karena penyakit diabetesnya. Ibu pernah dirawat di dua rumah sakit yang berbeda, satu kali di rumah sakit pemerintah di Samarinda dan satu kali di sebuah rumah sakit swasta di tempat saya tinggal sekarang ini. Kalau kita coba bandingkan, tentu saja akan kita temukan perbedaan di antara keduanya. Perbedaan itu justru tertuju pada satu titik yang amat penting dan utama, yaitu 'pelayanan' dan 'administrasi'.
Ketika ibu sakit dan dinyatakan harus dirawat di Samarinda, kami mencoba mencari informasi rumah sakit yang 'bagus' dalam arti bagus dalam perawatan dan pelayanan serta fasilitas yang tersedia. Pilihan kami akhirnya tertuju ke salah satu rumah sakit milik pemerintah namun kami memilih bagian faviliun yang nota bene milik yayasan rumah sakit tersebut. Jadi bisa dikatakan semi swasta. Kami pilih rumah sakit tersebut disamping karena tawaran mengenai fasilitasnya namun juga karena dokter yang merawat ibu memang bertugas di sana.



Sebelum ibu masuk dan dirawat di rumah sakit, tentunya kita diharuskan melalui proses administrasi. Di sini kami harus menyediakan sejumlah uang sebagai jaminan perawatan ibu, kalau tidak salah minimal untuk pembayaran biaya kamar selama 3 hari. Hari pertama ibu masuk rumah sakit, dan sesaat kemudian ibu terkena serangan jantung, beliau harus dirawat secara intensif hingga dokter meminta ibu dirawat di ruang ICCU. Sesaat setelah serangan jantung itu, dan dengan pertimbangan kondisi ibu yang lumayan parah, dokter langsung memindahkan ibu ke ruang ICCU, tentunya dengan 'persetujuan' kami. Kemudian setiap tindakan, dokter hanya mengkonfirmasi pada kami, langkah yang akan diambil seperti apa, dan kemudian dilaksanakannya. Kunjungan dokter dilakukan sehari 2 kali, pada pagi hari dan sore hari. Dokter jaga hanya datang apabila diperlukan dan dipanggil. Perawat yang sudah umum dikenal 'judes' pun memang beberapa kami temui di sana, walaupun ada juga beberapa yang senang menebarkan senyum dan sabar dalam merawat pasien-pasiennya. Namun selama sekitar 10 hari ibu dirawat di sana, tak sekalipun kami ditegur masalah 'penyelesaian administrasi' alias biaya rumah sakit. Akhirnya kami yang berinisiatif untuk menanyakan biaya perawatan ibu sebagai antisipasi dana yang harus kami siapkan. Bahkan, pada saat ibu keluar dari rumah sakit yang kebetulan pas di hari minggu, penyelesaian biaya dapat diselesaikan esok harinya pada jam kerja. Mereka memaklumi, untuk pembayaran biaya besar tentunya memerlukan jasa perbankan, padahal di hari minggu perbankan pun libur dan fasilitas penarikan tunai dari ATM pun terbatas.

Pada kesempatan kedua, ketika ibu sakit lagi dan dinyatakan harus dirawat di rumah sakit, kami pun kembali mencari informasi sebelum memilih rumah sakit. Maklumlah di kota ini belum ada genap 2 tahun kami tinggal. Akhirnya pilihan kami tertuju pada salah satu rumah sakit swasta, yang namanya lumayan terkenal. Rumah sakit ini masih terbilang 'baru' berdiri di kota tempat tinggal kami sekarang ini. Pada saat awal kami masuk untuk perawatan ibu, seperti biasa prosedur awal mengenai pengurusan 'administrasi' harus kami lakukan. Mengingat kali ini ibu direncanakan akan menjalani operasi, pihak manajemen rumah sakit meminta kami untuk membayar sebagai uang muka 70% rencana biaya operasi dan itu harus dibayar tunai! Kemudian di setiap langkah/tindakan yang akan diambil, kami diminta untuk mendatangi bagian administrasi, setelah penyelesaian 'administrasi' dianggap 'aman' baru tindakan diambil. Bahkan, di saat ibu kami kritis dan harus dirawat di ICU, sang perawat meminta kami untuk menyelesaikan administrasi terlebih dahulu! Masya Allah, betul-betul 'pelayanan berbasis keuntungan bisnis'. Pantaslah bila kemudian muncul anggapan "orang miskin dilarang sakit!!" Namun, dalam segi pelayanan dan perawatan pasien, di sini betul-betul dilaksanakan dengan profesional. Dokter inti dapat sewaktu-waktu dihubungi, kunjungan rutin pun dilakukan beberapa kali dalam sehari. Perawat hampir setiap jam mengecek keadaan pasien, dokter jaga pun secara aktif memantau pasiennya. Dengan demikian keadaan pasien diketahui perkembangannya setiap saat.

Ketika kami menemani ibu di ICU, beberapa kejadian yang kami lihat betul-betul memberi pelajaran berharga bagi kami. Seringkali kita lupa untuk mensyukuri nikmat sehat yang dikaruniakan pada kita. Seringkali baru terasa nikmatnya sehat justru disaat kita sakit. Dan satu hal yang pasti, betapa kesehatan itu ternyata sangat mahal harganya! Cobalah kita renungkan sejenak. Di saat sakit, tentunya kita ingin kembali dalam keadaan sehat. Apapun mungkin akan kita lakukan untuk kembali sehat, walaupun biaya yang harus dikeluarkan tidak sedikit. Sekuat tenaga tetap akan diusahakan. Itulah yang kami lihat dan kami alami sendiri. Kadang di saat kita sehat, kita lupa memberikan hak tubuh kita untuk sekedar istirahat sejenak. Ibarat mesin, tubuh yang senantiasa dipaksa untuk bekerja dan beraktifitas, lama-lama bisa menimbulkan 'aus' juga. Ditambah lagi asupan makanan sebagai sumber energi bagi tubuh seringkali masuk 'seadanya' menyesuaikan keinginan rasa di lidah tanpa mempedulikan sehat atau tidaknya makanan tersebut bagi organ tubuh.

Di rumah sakit, kelahiran dan kematian menjadi suatu hal yang biasa dan mudah kita temui. Bahkan di saat yang bersamaan dapat terjadi sebuah keluarga menangis bahagia karena kelahiran anggota keluarga baru. Di satu sisi keluarga lainnya menangis karena orang yang mereka cintai menghembuskan nafas terakhirnya. Tangisan yang memiliki arti berlawanan. Itulah kehidupan. Berpasangan dan berlawanan.
Di sini pun dapat kita temui berbagai macam sikap dan tingkah manusia dalam menghadapi ujian dan cobaan. Ada yang tetap sabar dan ikhlas dengan cobaan sakitnya. Ada yang menggerutu karena tak tahan dengan sakit yang diderita. Ada yang tetap bersyukur dan meyakini masih ada orang lain yang jauh lebih menderita dan jauh lebih berat sakitnya daripada dirinya. Bahkan masih banyak orang-orang yang untuk berobat pun tak bisa karena keterbatasan biaya. Tapi ada pula yang tak henti memaki, menghujat atau apalah namanya, tak terima dengan keadaan yang menimpanya. Sungguh beruntunglah orang-orang yang senantiasa mensyukuri apa yang didapatnya dan memiliki sangkaan yang positif.

Lihatlah paramedis yang ada di sana. Bagi yang berhati tulus, sabar dan telatenlah yang mereka berikan sebagai pelayanan bagi pasiennya. Tapi ternyata ada pula yang bersikap semaunya, bahkan sikapnya kadang menyakiti hati orang yang memang sedang sakit di sana. Bersikap semaunya dan setengah hati. Mungkin tak ada motivasi pelayanan dan cinta kasih di hatinya, mungkin motivasi utama karena dia membutuhkan penghasilan dari pekerjaan yang mungkin sebenarnya bukan menjadi prioritas utamanya.
Para dokter pun begitu. Ada yang begitu ramah, sabar dan bersikap 'welcome' pada para pasiennya. Tapi ada pula yang bersikap 'seadanya' bahkan mungkin ada pula yang menjadikan profesi dokter sebagai ladang baginya.
Ya, apapun itu, semua kembali pada diri kita masing-masing yang tentunya suatu saat nanti akan dipertanggungjawabkan di hadapan Yang Maha Kuasa.

Rumah sakit, di tempat ini banyak pelajaran dan hikmah yang dapat kita ambil. Pelajaran mengenai kehidupan, kematian, tingkah laku, hingga perhatian dan kasih sayang pada sesama. Semoga di setiap kesempatan kita diberi kemampuan untuk mengambil hikmah dan menjadikannya sebagai pelajaran yang berharga.

1 komentar:

Griyakami Homecare mengatakan...

Yth. Bunda Hafiza, titip informasi ya bagi yang membutuhkan..

Silahkan hubungi
GriyakamiHomecare Jln. Brantas No.7 Bandung jika ada teman yang
membutuhkan sewa hospital bed, oksigen,mattrass anti-decubitus,membuat
kursi roda custom-made dll.

Terimakasih-Salam sehat selalu ya Bunda :)