29 Agustus 2011

Lebaran & Mudik.....


Saat lebaran adalah saat-saat berkumpulnya seluruh keluarga. Tak heran bila kemudian fenomena mudik lebaran menjadi sesuatu yang khas setiap tahun. Kejadian yang bisa dianggap kejadian luar biasa ini mungkin jauh lebih heboh terjadi di negeri ini.
Di saat mendekati masa lebaran, segala jenis angkutan transportasi dikerahkan bahkan pemerintah maupun pihak-pihak yang berkompeten dalam urusan transportasi melakukan penambahan di sana-sini, baik dari segi penambahan armadanya, tambahan jadwal keberangkatan, tambahan terminal/tempat pemberangkatan sampai penambahan harga tiket (tentunya) dari hari biasanya. Semua jajaran ikut sibuk mempersiapkan dan menghadapi masa-masa mudik lebaran.

Tak terkecuali para pelaku mudik lebaran. Tengoklah bagaimana orang-orang, sebagian besar adalah para perantau, mempersiapkan diri untuk mudik. Mulai dari memastikan diri mendapat tiket angkutan, atau mempersiapkan kendaraan yang akan dipakai sampai membeli buah tangan untuk sanak saudara di kampung. Tak ketinggalan pula persiapan untuk dapat tampil maksimal dihadapan orang-orang di kampung. Tak heran bila persiapan untuk mudik ini telah dipersiapkan bahkan bagi sebagian orang persiapan mudik sudah dilakukan sejak awal memasuki bulan Ramadhan.

Mudik bagi sebagian orang memang sudah menjadi suatu keharusan. Moment ini dianggap tepat karena hampir seluruh keluarga menyempatkan diri untuk berkumpul, sehingga dengan mudik dapat bertemu dengan keluarga lain yang pada hari-hari biasa tidak dapat bertemu dan bersilaturahmi. 
Di sinilah saat yang dipandang tepat untuk mempererat persaudaraan karena tak jarang pula sesama saudara dalam satu keluarga besar tidak saling mengenal hanya karena sama-sama menjadi perantau di lain daerah yang berbeda. 

Dulu ketika saya masih duduk di bangku sekolah, saya tak pernah bisa mengerti kenapa orang begitu antusias untuk melakukan mudik & berlebaran di kampung mereka. Bahkan terkesan amat memaksakan diri. Bergumul dengan ribuan orang yang punya niat sama, berjejalan dalam antrian kendaraan yang panjang. Waktu tempuh yang dalam keadaan normal bisa ditempuh dengan beberapa jam, tapi dalam masa mudik bisa jauh lebih lama. Tapi mereka tetap menjalaninya dengan keinginan kuat untuk segera tiba di kampung. Kadang saya berpikir apa tidak sebaiknya mereka bersabar untuk tidak pulang di saat padat seperti itu, apalagi sering terlihat anak-anak kecil yang juga ikut berjejalan, bergumul dengan ribuan orang tersebut. Jangan harap ada kenyamanan yang bisa didapat, apalagi bila transportasi yang dipilih adalah alat transportasi masal. Tapi keadaan 'heboh' yang bisa terlihat setiap tahun itu tak menyurutkan keinginan untuk mudik. Bahkan sebagian besar dari mereka beranggapan bahwa itulah seninya mudik. Macet, berdesakan, berjejalan, toh pada akhirnya mereka akan mendapat kepuasan saat dapat berkumpul dan bertemu dengan keluarga besar. 

Namun ketika saya kemudian menikah dengan suami yang berasal dari daerah yang berbeda, mulailah keheranan saya berkurang bahkan akhirnya sirna. Kami yang harus merantau karena menjalankan tugas, pada akhirnya harus mengakui kerinduan untuk berkumpul dan bertemu dengan saudara-saudara memang ada dan semakin kuat kami rasakan apalagi di saat tibanya hari raya. Kerinduan kami sangat terasa manakala karena dengan segala keterbatasan, kami tak dapat pulang mudik di hari raya. 
Ketika mengumandangkan takbir di saat mengikuti sholat Ied terasa sangat menghiris kalbu, dan kerinduan yang terasa semakin memuncak. Teringat dan terkenang saat kami bersimpuh di hadapan orang tua kami untuk memohon maaf atas segala salah kami, terbayang kecerian dan obrolan yang begitu menggembirakan bersama saudara-saudara yang lain, yang dalam rentang waktu sekian lama tak berjumpa. 

Mudik dan lebaran di masyarakat kita memang sesuatu yang tidak dapat terpisahkan. Ada sisi positif yang bisa kita dapat di sini. Masyarakat kita terbukti masih memegang teguh semangat kekeluargaan dan silaturahmi. Dan yang tak kalah penting saat mudik & lebaran secara langsung memberikan penghidupan dan mengundang datangnya rejeki bagi sebagian golongan orang. Lihatlah bagaimana di sepanjang jalan yang dilalui para pemudik menjamur pedagang-pedagang musiman yang memanfaatkan kesempatan. Para pelaku bisnis transportasi meraup untung yang tak sedikit, para pedagang pakaian pun ikut kebagian rejeki, bahkan pedagang oleh-oleh pun tak ketinggala mendapat bagian rejeki. 

Mudik dan lebaran menjadi momen yang tak terlewatkan bagi sebagian besar masyarakat kita dan terjadi berulang setiap tahun, karenanya pihak-pihak terkait baik itu pemerintah maupun masyarakat luas harusnya lebih mampu meningkatkan kualitas kenyamanan maupun keamanan sehingga dapat diminimalisir segala kekurangan yang sudah jelas sering terjadi & dijumpai saat mudik tersebut. 

Tidak ada komentar: