Sebelumnya, tak pernah sedikitpun terpikir untuk menjadikan KRL sebagai sarana transportasi. Pemandangan penumpang KRL yang selama ini saya ketahui, benar-benar pemandangan yang bikin miris. Nyawa manusia seakan tak ada artinya. Terlihat jelas, di saat jam-jam sibuk di pagi hari atau sore menjelang malam, gerbong-gerbong yang panjang berderet itu penuh sesak dengan penumpang, sampai-sampai atap gerbong yang nota bene bukan tempat untuk penumpang pun ikut-ikutan penuh bahkan beberapa ada yang hanya 'menempel' di bagian belakang gerbong. Ketika kemudian mutasi tugas ke Jakarta saya terima, mengharuskan kami untuk membuat pilihan di mana kami akan menentukan tempat tinggal. Semaksimal mungkin kami berusaha untuk mempertimbangkan berbagai hal sebelum akhirnya pilihan kami jatuh di kota Depok.
Apa yang sebelumnya 'tak pernah terlintas'pun kini menjadi salah satu bagian kehidupan kami. Ya, jarak tempuh yang lumayan jauh antara rumah dan kantor, 'memaksa' kami untuk memilih KRL sebagai sarana transportasi kami untuk beraktifitas di dunia kerja. Beruntunglah kami, karena saat ini sudah tersedia KRL dengan label ekspres, sehingga kami terbebas dari pemandangan KRL yang 'miris' itu. Jarak yang lumayan jauh itupun dapat kami tempuh rata-rata dalam waktu 30-45 menit. Jadilah kami tercatat sebagai anggota 'roker' (rombongan kereta).
Apa yang sebelumnya 'tak pernah terlintas'pun kini menjadi salah satu bagian kehidupan kami. Ya, jarak tempuh yang lumayan jauh antara rumah dan kantor, 'memaksa' kami untuk memilih KRL sebagai sarana transportasi kami untuk beraktifitas di dunia kerja. Beruntunglah kami, karena saat ini sudah tersedia KRL dengan label ekspres, sehingga kami terbebas dari pemandangan KRL yang 'miris' itu. Jarak yang lumayan jauh itupun dapat kami tempuh rata-rata dalam waktu 30-45 menit. Jadilah kami tercatat sebagai anggota 'roker' (rombongan kereta).