20 April 2010

Jangan (pernah) sepelekan wanita

Jangan Sepelekan Wanita. Tulisan itu benar-benar menarik perhatian saya. Sekilas ketika saya baca, isinya bertutur mengenai persamaan gender antara pria dan wanita. Bahwa wanita pada masa sekarang ini tidak lagi dipandang sebagai warga kelas dua, di mana setiap saat berada di dalam bayang-bayang pria. Bahwa wanita sekarang ini telah menunjukkan kemampuannya untuk bergerak dan berkaya bahkan di bidang-bidang yang selalu didominasi oleh kaum pria. Bahwa wanita sekarang ini punya hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan dan berkarier setinggi-tingginya dan seterusnya..dan seterusnya...
 

Dalam konteks yang berbeda saya memang setuju dengan ungkapan itu. Tak dapat dipungkiri keberadaan manusia tidak terlepas dari peran wanita-wanita sebagai ibu mereka yang telah menghadirkan mereka di dunia ini. Tak dapat dipungkiri pula di balik orang-orang besar terdapat peran wanita di belakangnya, minimal peran sang ibu yang telah membesarkan dan memberikan padanya pendidikan dasar.
Tengoklah pada sejarah. Banyak tokoh-tokoh besar yang dibalik kesuksesan mereka ada peran seorang wanita yang terlibat di dalamnya. Rasulullah, Muhammad SAW, dalam kesuksesan dakwahnya pun tak terlepas dari peran wanita yaitu istri-istri beliau dan kaum wanita pada saat itu yang istiqomah memegang teguh keyakinan terhadap ajaran Islam yang disebarkan Nabi Muhammad. Seorang Julius Caesar di balik kehebatannya ada Cleopatra di dalamnya, seorang Hitler bahkan Napoleon Bonaparte pun terlibat wanita dalam kisahnya mengukir sejarah. Seorang mantan penguasa di negeri ini pun konon katanya dalam kepemimpinannya didominasi oleh sang istri dalam pengambilan kebijakan-kebijakan yang diterapkan. Beberapa waktu yang lalu pun santer diberitakan 'kejatuhan' seorang pejuang anti korupsi juga karena ulah seorang wanita. Dan mungkin juga masih segar dalam ingatan ketika seorang 'idola' yang dianggap menjadi panutan akhirnya tenggelam dari pemberitaan juga karena keputusannya menduakan wanita.



Wanita, dalam ungkapan selalu dikatakan sebagai makhluk yang lemah. Penuh dengan keterlibatan perasaan dengan sedikit logika yang digunakan dalam menjalani hidupnya. Namun hal itu tidaklah sepenuhnya benar. Dalam satu sisi, mungkin wanita adalah makhluk yang lemah, tapi di sisi lain sesungguhnya wanita pun bisa menjelma menjadi seorang yang tangguh dan kuat bahkan mungkin melebihi 'kekuatan' pria. Lihatlah bagaimana kekuatan yang dimiliki seorang wanita ketika menjalani kehamilan. Beban berat mengandung anak harus dilakoninya setidaknya selama 9 bulan berturut-turut (rata-rata jangka waktu yang normal), terus menerus setiap saat dibawa kemanapun dia pergi. Bahkan untuk dapat 'melepaskan' diri dari keadaan tersebut pun perlu perjuangan antara hidup dan mati. Namun tak sedikit diantara para wanita itu yang bahagia dengan 'keadaan berat' itu bahkan tak jarang pula yang ingin mengulanginya lagi dan lagi pada masa-masa setelahnya. Hebat bukan?
Dalam kehidupan sehari-hari pun, peran wanita tidaklah sedikit. Hari-hari dalam kehidupan suatu keluarga tentunya memerlukan sentuhan dan peran serta wanita, entah itu seorang ibu, istri, anak bahkan mungkin seorang pembantu. Pekerjaan rumah tangga yang selalu ada terus menerus setiap saat tentunya memerlukan penanganan yang 'telaten'. Dan tahukah anda pekerjaan seorang wanita dalam rumah tangganya tiada henti dari mulai bagun tidur di saat seisi rumah masih terlelap hingga kemudian baru dapat memejamkan mata di malam hari saat penghuni rumah lainnya pun sudah 'berangkat duluan' dalam peraduannya.
 

Ada hal yang menarik yang dapat kita ambil hikmah dari sebuah artikel yang saya baca di sebuah majalah wanita. Dikisahkan, suatu saat sang suami membanding-bandingkan dirinya dan sang istri. Dia beranggapan bahwa sang istri jauh lebih ringan tugasnya di rumah dibandingkan dirinya yang setiap hari bekerja keras untuk menghidupi keluarganya tersebut. Hingga suatu saat dia berdo'a kepada Tuhannya agar dia diberi kesempatan untuk bertukar peran dengan istrinya. Dikisahkan, doa itu pun dikabulkan. Mulailah esok harinya dia berganti peran menjadi sang istri. Aktifitas pertama mulai dilakukannya dipagi buta sebagaimana biasa dilakukan oleh 'sang istri'. Mencuci pakaian seisi rumah, menyiapkan sarapan untuk 'suami' dan anak-anak, menyiapkan keperluan anak-anak untuk berangkat sekolah dan menyiapkan keperluan suaminya yang akan berangkat beraktifitas. Selesai sarapan, saat suaminya berangkat bertugas, sang istri bertugas mengantar anak-anak ke sekolahnya masing-masing. Ketika sampai di rumah, cucian peralatan makan dan masak sudah menanti. Kemudian menjemur pakaian yang tadi dicuci. Setelahnya, tugas untuk menyiapkan masakan untuk makan siang pun menantinya pula. Hingga saat masakan itu selesai, tugas lain sudah menanti lagi untuk menjemput anak-anak dari sekolah. Saat anak-anak di rumah, tugas sang istri tentunya belum berhenti. Disiapkannya makan siang bersama anak-anak, sedikit bercengkrama dengan mereka dan dia pun mulai mempersiapkan segala hal untuk menyambut sang suami saat pulang tugas nantinya. Sementara itu jemuran pakaian harus pula diambilnya dan sudah pasti pekerjaan menyetrika pakaian tersebut sudah menanti untuk dilaksanakan. Pada sore hari dan malam pun aktifitas itu belum berhenti. Bahkan disaat tubuhnya letih dan berkeinginan untuk beristirahat masih ada 'tugas' sang istri untuk melaksanakan kewajibannya terhadap sang suami. Singkat kata akhirnya sang istri gadungan ini pun akhirnya berdoa kembali kepada Tuhan. Dengan sangat memohon dan menghiba dia ingin kembali kepada kehidupannya sebelumnya. Dia menyatakan tak sanggup untuk mengulani aktifitas yang harus dijalaninya hari itu untuk hari-hari berikutnya. Dia menyadari bahwa tugas istrinya di rumah jauh lebih berat dari tugas yang dilakukannya di tempat dia bekerja. Dia menyadari kekeliruannya selama ini dan berjanji akan lebih bersungguh-sungguh dan lebih bertanggung jawab untuk menghidupi keluarganya. Namun kemudian, jawaban dari Tuhannya membuat dia benar-benar terhenyak, Tuhan belum dapat mengabulkan permohonannya karena dia masih harus menjalani pertukaran peran itu setidaknya untuk 9 bulan kedepan. Entah bagaimana caranya, dia harus menanggung hasil perbuatannya sendiri dengan menjalani masa kehamilan hingga melahirkan anak tersebut nantinya...
 

Beberapa pengalaman yang saya amati, pasangan yang akhirnya harus menjalani kehidupan sebagai single parent menunjukkan bahwa ternyata lebih banyak kaum wanita yang mampu bertahan. Bagi seorang wanita mungkin akan jauh lebih baik memihak pada kebutuhan anak-anaknya daripada kebutuhannya sendiri, mungkin itu pula yang menjadikan para wanita lebih 'bisa' berperan ganda menjadi ibu sekaligus ayah bagi anak-anaknya. Bagi para pria mungkin peran ganda itu cukup berat dijalani, maka tak jarang seorang pria lebih cepat memutuskan untuk mencari kembali pendamping hidup, untuk dapat memenuhi kebutuhan perawatan anak-anaknya maupun untuk kebutuhan dirinya, tentunya.
Dalam Islam, wanita diberi kedudukan yang sangat mulia sampai-sampai diumpamakan bahwa surga ada di telapak kaki ibu. Sebuah ungkapan yang menunjukkan betapa mulianya seorang wanita yang memang seharusnya dihormati terutama oleh anak-anaknya. Bahkan ketika seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah tentang siapa yang harus dihormati dan lebih diperhatikan lebih dahulu dalam hal baktinya pada orang tua, Rasulullah menyatakan bahwa "Ibumu, Ibumu, Ibumu baru kemudian ayahmu".
 

Wanita sering pula dinyatakan sebagai "perhiasan dunia" namun ada pula yang menyatakan bahwa "wanita adalah racun dunia. Beberapa kisah memang telah membuktikan hal tersebut, bagaimana wanita-wanita berperan dalam hidup. Banyak-wanita-wanita yang memberikan kontribusi besar untuk orang-orang besar seperti yang sudah saya ungkapkan di atas. Namun tak jarang pula ulah wanita menjadikan seseorang tenggelam dan terpuruk.
 

Jadi, jangan sepelekan wanita. Ungkapan yang menurut saya pantas untuk disetujui. Tapi saya akan jauh lebih setuju kalau ungkapan tersebut dirubah menjadi "Jangan pernah sepelekan siapapun" karena pada dasarnya setiap manusia diciptakan paket komplit dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Bahkan Allah pun telah menegaskan dalam firman-Nya bahwa Dia tidak pernah menciptakan sesuatu dengan sia-sia karena seluruh ciptaan-Nya pasti ada manfaatnya.

Tidak ada komentar: