26 Januari 2012

Benda kecil itu bernama : Rokok !

Siapa yang tak kenal rokok. Benda kecil itu menjadi barang yang sangat mudah ditemukan. Bahkan di hampir setiap tempat pun akan dengan mudah kita temui rokok dengan para penikmatnya.
Manusia di dunia yang merokok untuk pertama kalinya adalah suku bangsa Indian di Amerika, untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad 16, Ketika bangsa Eropa menemukan benua Amerika, sebagian dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba menghisap rokok dan kemudian membawa tembakau ke Eropa. Kemudian kebiasaan merokok mulai muncul di kalangan bangsawan Eropa. Tapi berbeda dengan bangsa Indian yang merokok untuk keperluan ritual, di Eropa orang merokok hanya untuk kesenangan semata-mata. Abad 17 para pedagang Spanyol masuk ke Turki dan saat itu kebiasaan merokok mulai masuk negara-negara Islam dan mulailah tersebar ke seluruh pelosok dunia.

Di Indonesia rokok telah menjadi sesuatu yang benar-benar memasyarakat. Jika anda pergi kemanapun, akan dengan mudah kita dapati para penikmat rokok. Di jalanan, di warung, toko-toko, di terminal, di kendaraan umum, di perkantoran, di kampus bahkan di rumah sakit maupun di sekolah pun dapat kita temui penikmat rokok. Tak hanya orang dewasa, pria maupun wanita, kaum remaja bahkan beberapa waktu lalu heboh berita anak balita pun gemar merokok. Tak hanya dinikmati kalangan berpunya yang mapan, pengangkut sampah, tukang ojek, sopir-sopir kendaraan umum, pedagang asongan bahkan pengamen di jalanan pun tak lepas dari rokok

Rokok tak hanya mudah di dapat di kios-kios kecil, atau warung-warung pinggir jalan, di super market besar, restoran dan hotel-hotel  terkenal pun menyediakannya. Di jalanan  akan kita temui dengan mudah billboard besar yang berisi iklan rokok. Di media cetak maupun elektronik pun iklan rokok pasti akan kita temui. Sebegitu gencarnya iklan rokok sampai-sampai even pertandingan olahraga atau kegiatan-kegiatan pertunjukan pun menggunakan produsen rokok sebagai sponsor utamanya. Tak heran jika perokok di Indonesia meningkat tajam dari tahun ke tahun dan peningkatannya terjadi pada perokok di usia remaja.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan, sebelum tahun 1995 prevalensi remaja terhadap rokok hanya tujuh persen. Pada 2010 naik menjadi 19 persen. 54,1 persen orang di atas usia 15 tahun merokok dan 43,3 persen dari jumlah keseluruhan perokok mulai merokok pada rentang usia 14-19 tahun.(Okezone, 14/11/2011) Dan dari data yang dirilis, Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih menyatakan Indonesia masih menjadi negara terbesar ke-3 dalam jumlah perokok di dunia setelah China dan India, dia pun prihatin karena jumlah perokok di Indonesia terus bertambah.



Bagi para penikmatnya, rokok memang sudah menjadi kebutuhan tersendiri. Seorang teman malah lebih tahan tidak makan seharian daripada diminta untuk tidak merokok seharian. Menurut mereka mulut akan terasa asam bila beberapa waktu tidak merokok. Itulah mungkin yang membuat para perokok kecanduan, lagi, lagi dan lagi....
Saya sendiri termasuk orang yang akrab dengan rokok. Ayah saya seorang perokok berat. Waktu saya masih kecil, saya sering bermain-main dengan asap rokok. Ayah sering membuat asap rokok yang keluar dari mulut dibentuk seperti bulatan-bulatan asap, dan dengan suka cita saya berusaha untuk menangkap & membuyarkannya. Saat menyalakan rokok pun itu juga menjadi aktifitas bermain yang mengasyikkan kala itu. Saya dan kakak seringkali berebut untuk lebih dulu menyalakan rokok yang akan dihisap ayah.
Dalam setiap aktifitas di rumah, beliau tak lepas dari rokok. Di pagi hari saat minum kopi dan baca koran, aktifitas beliau tak lengkap tanpa merokok. Hingga saat beliau menyelesaikan pekerjaan kantor yang di bawa pulang kerumah pun, aktifitas merokok tak pernah ketinggalan. Jadilah rumah kami selalu "berasap" dan aroma asapnya tercium sepanjang waktu.
Saat saya mulai beranjak dewasa, lingkungan saya pun dipenuhi dengan perokok. Teman-teman semasa sekolah ada juga yang merokok, walaupun dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Guru-guru melarang para murid untuk merokok, tapi dengan santainya mereka merokok di ruang guru. Bahkan seorang guru olah raga saya kala itu pun seorang perokok. Semasa kuliah tak juga jauh berbeda. Bahkan saat sekarang saya bekerja pun, tak lepas dari lingkungan perokok. Beruntunglah, suami saya bukan seorang perokok. Jadi setidaknya ada daerah aman dengan udara sehat di lingkungan tempat tinggal saya.

Rokok, bentuknya yang kecil mungil ternyata memberi dampak yang besar. Di Indonesia sendiri, industri rokok berkembang pesat. Itu artinya industri ini membuka lapangan kerja yang lumayan luas. Bayangkan, andai satu perusahan rokok mempekerjakan 1000 orang karyawan, maka apabila terdapat 5 perusahan rokok besar, ribuan karyawan dapat dipekerjakan di industri ini. Belum lagi dalam rantai distribusinya, mulai dari distributor sampai pedagang asongan kecipratan rejeki dari rokok. Rokok memang dapat dijadikan sumber "penghasilan" bagi para pedagangnya. Dan yang tak kalah penting tentunya para petani tembakau pun harusnya ikut menikmati hasil dari pembutan rokok ini.
 
Namun di balik keuntungan secara ekonomi, rokok pun memberi dampak "merusak" kesehatan, baik bagi para penikmat rokok maupun bagi orang-orang di sekitarnya yang secara tidak langsung menghirup asap rokok.
Jika Anda berpikir bahwa nikotin adalah satu-satunya kandungan rokok yang berbahaya di dalam rokok itu sangatlah salah. Nikotin Ini adalah komponen adiktif tembakau. Hal ini diserap ke dalam darah dan mempengaruhi otak dalam waktu 10 detik. Hal ini menyebabkan perokok untuk merasa relax karena neurotransmitter. Ini juga menyebabkan gelombang denyut jantung, tekanan darah, dan adrenalin (yang juga merasa baik). Akibatnya, sifat ketergantungan nikotin pada otak dan tubuh untuk sementara hilang. Perokok merasa lebih buruk jika mereka tidak merokok. Ini yang memperkuat keinginan untuk merokok lagi.
Di dalam sebuah rokok, yang kecil mungil itu ternyata mengandung banyak zat-zat berbahaya, sehingga saat dibakar asap yang dikeluarkan pun mengeluarkan zat-zat tersebut untuk terpapar & meracuni sekelilingnya. Asap rokok mengandung tar. Tar itu sendiri mengandung banyak bahan beracun ke dalam tubuh. Ini adalah substansi, tebal lengket, dan ketika menghirupnya tar melekat pada rambut-rambut kecil di paru-paru. Organ ini (rambut-rambut kecil) melindungi paru-paru dari kotoran dan infeksi, tapi ketika tertutup tar organ ini  tidak dapat melakukan fungsinya. Tar juga melapisi dinding sistem respirasi secara keseluruhan, mempersempit tabung yang transportasi udara (yang bronchioles) dan mengurangi elastisitas paru-paru. Yang pada akhirnya menyebabkan kanker paru-paru dan penyakit pernafasan kronis.
Selain itu asap ini juga mengandung karbon monoksida. Karbon monoksida adalah bahan kimia beracun ditemukan dalam asap buangan mobil. Hal inilah yang kemudian bisa menurunkan jumlah oksigen dalam darah dan menghalangi semua kinerja organ pensuply oksigen di dalam tubuh. Karena tubuh kurang oksigen membuat jantung mengalami penebalan dan bekerja lebih keras memompa darah. Inilah penyebab utama seorang perokok bisa mengalami serangan jantung secara mendadak.
Lalu zat apa lagi yang terkandung dalam asap rokok? Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :

Ammonia  (NH3)
Umumnya digunakan untuk pupuk dan pada pabrik serat dan perantara plastik. Pada suhu dan tekanan standar, NH3 adalah gas yang tidak berwarna dengan bau menusuk bila dalam konsentrasi kecil. Dalam konsentrasi besar, mampu menghasilkan sensasi ketika dihirup.

Arsen (As, nomor atom 33)
Menyublim bila dipanaskan dan tidak berubah pada udara yang kering, namun film oksida terbentuk di udara lembab. Bila dipanaskan pada suhu 180 derajat Celsius di udara membentuk arsenik trioksida yang berbau bawang putih dan beracun.

Butana (C4H10)
Merupakan salah satu jenis hidrokarbon asiklik jenuh. Toksisitas rendah.

Cadmium (Cd, nomor atom 48)
Selalu berasosiasi dengan seng walaupun hanya menyusun 0.15 bpj kerak bumi di urutan ke 57. Memiliki sifat racun, khususnya dalam bentuk serbuk dan potongan. Manfaat utamanya adalah untuk memperkuat daya tahan baja terhadap karat.

Karbon Monoksida (CO)
Merupakan senyawa karbon inorganik. Merupakan hasil pembakaran tidak sempurna karena hanya memuat satu atom oksigen. Ditemukan dalam asap knalpot. Tidak berbau dan tidak berwarna namun sangat beracun. Afinitasnya terhadap hemoglobin darah 300 kali lebih kuat dari oksigen sehingga paparan gas ini dapat mengurangi atau sepenuhnya menghilangkan kemampuan hemoglobin mengangkut oksigen ke seluruh tubuh, menyebabkan kematian bila dalam konsentrasi tinggi.

Hydrogen Sianida (HCN)
Sangat beracun. Merupakan hasil dari reaksi amonia, metana, oksigen dan nitrogen.

Metanol (metil alkohol, CH3OH)
Saat terbakar, metanol memiliki asap biru dengan api transparan. Pengaruh terbesar pada selaput lendir. Dalam tubuh, produk ini terbentuk oleh oksidasi dengan formaldehida dan asam formik, keduanya beracun.

Naphthalene (senyawa turunan dari tar batu bara)
Merupakan hasil dari distilasi tar mentah menjadi minyak kimia. Pemberian larutan caustik pada minyak kimiawi menghasilkan lapisan minyak. Lapisan minyak kemudian diberi larutan asam sehingga menjadi lapisan minyak netral. Lapisan minyak netral kemudian di distilasi dan produk akhirnya adalah naphthalene.

Phenol (C6H5OH, nama lainnya asam karbolik, asam fenilik, benzofenol atau hidroksibenzena)
Merupakan senyawa hidroksi aromatik paling sederhana. Phenol juga merupakan petrokimia paling penting. Biasa digunakan untuk pelapis triplek. Ia memiliki bau khas dan rasa terbakar yang tajam. Beracun bila dihirup, dicerna atau diserap oleh kulit. Ia juga mengakibatkan iritasi. Bila ada dalam larutan yang sangat lemah, ia akan terasa manis.

Polonium – 210
Isotop dari unsur kimia Polonium. Merupakan isotop Polonium paling stabil dalam deret radioaktif Uranium dengan waktu paruh (half life) 138,4 hari. Muncul secara alamiah hanya sebagai hasil peluruhan dari thorium dan uranium.

Toluena (C7H8)
Umum diproduksi bersama dengan bensin, xylena, dan aromatik C9 lewat pembentukan ulang katalitik C6-C9 naphtha.

Uretan (CO(NH2)OC2H5)
Disebut juga etil karbamat atau etil uretan. Terbentuk karena pemanasan etanol dan urea nitrat pada suhu 120-130 derajat Celsius atau karena tindakan amonia pada etil karbonat atau etil kloroformat.

Vinyl klorida
Rumus kimia CH2=CHCl. Pengaruh terbesarnya ada pada kulit manusia yang dapat menyebabkan sindrom Raynaud, lisis tulang distal di jari dan dermatitis fibrosa. Menghirup gas vinyl klorida selama bertahun-tahun dapat menyebabkan jenis kanker hati yang langka, angiosarkoma. Vinyl klorida digunakan sebagai bahan dasar pembuatan plastik PVC.

Mengetahui deretan kandungan zat-zat kimia dalam sebuah rokok, harusnya  mampu membuat kita bergidik, membayangkan zat-zat racun itu masuk dalam tubuh kita. Keinginan untuk bisa hidup sehat saya kira telah menjadi dambaan setiap orang. Bagaimana kita mewujudkannya, semua adalah tergantung pada diri kita dan lingkungan sekitar kita.
Idealnya, tentu tak ada sedikit pun keinginan untuk merusak & meracuni diri kita sendiri, keluarga, orang-orang yang kita cintai dan apalagi anak-anak kita.
Maka, jika anda seorang perokok dan masih terkungkung dengan "kenikmatan" rokok, mulailah untuk bijak dalam merokok. Jika memungkinkan berhentilah merokok dan mulailah hidup sehat. Namun jika anda belum mau ataupun belum mampu untuk berhenti, maka biasakanlah merokok untuk diri sendiri. Merokoklah di tempat yang tidak memungkinkan orang lain yang tak ingin ikut menghisap dengan tak sengaja asap rokok anda.
Jika anda seorang ayah, saya kira anda pun ingin anak-anak anda tumbuh dengan jiwa dan raga yang sehat. Apa yang anda lakukan sebagai orang tua tentunya memberi kontribusi besar bagi masa depan anak-anak anda.
Mari jadikan keluarga kita keluarga yang menghargai kesehatan.
Mari kita ciptakan generasi yang akan datang sebagai generasi yang sehat dan kuat.
Itu semua tidak dapat terwujud tanpa kita memulainya dari sekarang dan harus dimulai dari diri kita sendiri.
(Referensi Van Nostrand’s Encyclopedia of Science, disadur dari http://www.faktailmiah.com, http://bahayamerokok.net )

Tidak ada komentar: