12 Januari 2012

Kereta Khusus Wanita


Sekitar awal bulan Agustus tahun 2010 lalu, PT KAI meluncurkan layanan baru yaitu menyediakan gerbong / kereta yang khusus diperuntukkan untuk penumpang wanita. Gerbong yang dipilih adalah gerbong pertama dan terakhir di setiap rangkaian kereta. Gagasan untuk peluncuran kereta khusus wanita ini, sebagai jawaban atas adanya beberapa kasus pelecehan seksual yang sering diterima penumpang wanita saat berdesak-desakan di dalam transportasi umum. Sejauh yang saya tahu, di KRL sendiri belum ada laporan mengenai kasus tersebut, yang santer diberitakan kasus tersebut terjadi di bus trans Jakarta, yang memang seringkali padat penumpang, terutama di jam-jam sibuk saat berangkat dan pulang kantor. Namun tentunya kebijakan PT. KAI tersebut perlu mendapat apresiasi dari kita semua.

Sejak diluncurkan hingga saat ini, saya termasuk pengguna setia KKW. Setiap hari, saat pergi dan pulang kantor saya memilih untuk menggunakan KKW. Di samping lebih nyaman karena isinya perempuan semua juga saya merasa lebih aman. Nyaman di sini dalam artian bahwa saya tak perlu risih bila harus berdesak-desakan. kadang badan kita saling menempel satu sama lain karena penuhnya penumpang di kereta. Pada awalnya KKW memang terasa nyaman dalam artian sesungguhnya. Namun sekitar bulan Juli 2011, semenjak KRL Ekspres ditiadakan dan diganti dengan Commuter Line yang memberhentikan kereta di setiap stasiun yang dilalui, ukuran kenyamanannya menjadi jauh berkurang (di saat jam-jam sibuk pergi & pulang kantor).
Sudah menjadi pemandangan biasa kereta dipenuhi penumpang yang sama-sama ingin segera sampai di tempat tujuan. Tak terkecuali di kereta khusus wanita pun demikian. Kadang, walau sudah terlihat penuh pun, saat kereta berhenti penumpang lain yang menunggu tetap memaksa untuk masuk. Akibatnya, jadilah penumpang di dalamnnya bak pepes teri yang dipadatkan. Bahkan saat padat begitu pun, seringkali fasilitas AC pun tak memadai. Jadilah penumpang di dalamnya bak pepes teri di dalam oven....

Banyak cerita yang ditemui dalam KRL. Di dalam kereta khusus wanita pun malah mungkin lebih banyak ceritanya daripada di gerbong kereta lainnya. Seringkali dalam keadaan penuh, saat penumpang lain memaksa untuk masuk terjadi keributan dan perang mulut antar penumpang kereta. Yang di luar ingin ikut masuk agar bisa terangkut, sementara penumpang yang di dalam mungkin karena sudah tidak nyaman terdesak, menolak mereka untuk masuk kereta. Dan kejadian itu bukan hanya sesekali, tapi seringkali terjadi. Kadang bila kita pikir dengan pikiran jernih, memalukan sebenarnya dengan kejadian seperti itu. Apalagi yang terlibat ribut-ribut itu pun saya kira bukan orang yang tidak mengenyam pendidikan. Tapi mungkin karena keadaan, kadang kita tak mampu lagi untuk berpikir jernih, yang ada hanyalah emosi.

Di kereta khusus wanita pun, kadang kita temukan sifat asli para wanita, yang menurut saya kadang terkesan sadis. Mungkin karena merasa sama-sama wanita, kadang tak ada keinginan untuk mengalah dan memberi prioritas tempat duduk bagi orang lain yang lebih membutuhkan. Bahkan untuk wanita hamil atau orang tua sekalipun. Sering trik yang mereka pakai adalah, naik, duduk dan tidur. Entah benar-benar tidur ataukah hanya pura-pura untuk tak melihat keadaan di sekelilingnya. Suatu ketika malah pernah saya dengar seorang penumpang yang ngomel ketika penumpang lain memintanya untuk mengalah dan memberikan tempat duduknya kepada seorang wanita hamil, dan dengan ketus ia berkata, "Sudah tahu hamil, kok naik kereta yang padet begini...."  astaghfirullah.... tak disangka kata-kata seperti itu bisa keluar dari mulut seoarng wanita yang saya kira dia bukan orang sembarangan dan berpendidikan tentunya.
Jika anda mengira bahwa wanita itu lemah, saat di KRL, anggapan anda pasti berubah. Seringkali kaum wanita ini malah paling kuat saat mendorong penumpang lain agar bisa ikut terangkut di kereta ataupun pada saat keluar dari kereta. Saking kuatnya dorongan itu, sampai-sampai beberapa kali ada yang sampai terjatuh.


Namun cerita lucu pun kadang kita temui di sini. Suatu ketika, saat kereta dalam keadaan padat dan berhenti di sebuah stasiun, penumpang yang ingin turun dari kereta lumayan banyak, sementara penumpang lain yang akan naik pun berebut ingin segera naik kereta. Terjadilah aksi saling dorong. Nah, salah satu penumpang yang akan turun ini, rupanya salah satu sepatunya terlepas dan tertinggal di kereta. Lantas dengan paniknya dia hanya mampu teriak-teriak, " Sepatu saya...sepatu saya.... Tolong dong...," dalam keadaan padat seperti itu dan dalam keadaan berdesakan, tak seorangpun yang mampu melihat di mana sepatunya itu tertinggal. Hingga di saat-saat pintu kereta hampir tertutup, ketemulah sepatu itu, dan seorang penumpang dengan terpaksa melemparkannya ke luar kereta. Rupanya, karena khawatir pintu segera tertutup, dilemparkannya sepatu itu dengan sekuat tenaga. Melayanglah sepatu itu dan ternyata hinggap di kepala orang yang sedang duduk di peron stasiun. Terlihat wanita si empunya sepatu mengambilnya dengan tergopoh-gopoh. Dan saya kira dia mestinya meminta maaf pada orang yang terkena lemparan sepatunya itu sebagai suatu "tragedi" ketidaksengajaan.

Cerita lain adalah insiden saling tarik kerudung. Seperti kita ketahui, wanita tentunya suka dengan aksesoris. Tak terkecuali para wanita berkerudungpun hobi pula menggunakan aksesoris berupa bros. Nah pada saat itu, keadaan kereta dalam keadaan penuh dan berdesakan, kerudung seorang penumpang tersangkut di bros penumpang yang lain. Yang tersangkut kerudung bagian belakang, sementara bros yang digunakan ada di kepala penumpang lain. Ketika si wanita yang satu bergeser, tertariklah kerudungnya dan kerudung wanita ber-bros itu. Keduanya sama-sama mengaduh menyadari kerudung mereka saling tertarik. Karena mereka saling membelakangi, akhirnya penumpang lainnya yang membantu melepas kan saling "ketertarikan" tersebut. Walaupun akhirnya memang membuat cacat kerudung yang tersangkut, tapi setidaknya mereka berdua dapat terbebas dari saling sangkut menyangkut itu.

Yang tak kalah mengenaskan adalah tragedi putus tali tas. Bukan hal yang aneh bila para wanita menyukai berbagai macam bentuk & model tas sebagai pelangkap penampilan selain sebagai alat/tempat membawa peralatan pribadinya. Nah, karena kondisi yang saling dorong & berdesakan, sering kali para penumpang wanita ini disibukkan dengan tasnya, kebanyakan sih yang bermasalah adalah tas dengan model tentengan. Hingga saat terdorong & terdesak, antara si empunya tas & tasnya sering berada di arah yang berbeda. Terjadilah aksi saling tarik untuk membebaskan si tas dari himpitan penumpang lain. Nah di situlah, kadang ditemui, tali tas yang akhirnya mengalah dan putusss...... Tinggalah si empunya ngedumel dengan kejadian itu.

Yah, kejadian kejadian seperti tersebut di atas, semestinya tak harus terjadi, jika pelayanan yang diberikan PT KAI memadai. Seringkali yang kita temui, adalah jadwal kereta yang tertunda atau bahkan dibatalkan, atau kadang dietemui juga kereta yang mogok, mengalami gangguan dan memacetkan arus lalu lintas kereta hingga menyebabkan penumpukan penumpang di beberapa stasiun. Jika memang hal ini terjadi, jangan harap ada kenyamanan dalam kereta. Belum waktu tempuh yang dijadwalkan menjadi jauh lebih lama. Sebetulnya bukan hanya sekali para konsumen ini melayangkan pengaduan atau komplain terhadap transportasi kereta ini. Namun entah mengapa sepertinya tak begitu memberi dampak berarti buat peningkatan layanan.

Kami selaku pengguna KRL, hanya bisa berharap PT KAI dan pengelola Commuter Line, berusaha untuk lebih baik lagi dalam memberikan layanan untuk para konsumennya. Karena seperti kita ketahui, transportasi dengan kereta merupakan salah satu alat transportasi masal yang banyak diminati masyarakat dari berbagai kalangan. Semoga ke depannya akan tercipta layanan transportasi yang lebih manusiawi....










Tidak ada komentar: